Dunia kecerdasan buatan (AI) baru-baru ini dihebohkan dengan perseteruan terbuka antara dua tokoh besar di balik teknologi AI: Elon Musk dan Sam Altman. Keduanya dikenal sebagai pendiri bersama perusahaan riset AI terkemuka, OpenAI, pada tahun 2015 silam. Namun hubungan yang semula penuh kehangatan dan visi bersama ini kini telah berubah menjadi permusuhan yang sengit.
Akar masalahnya bermula dari kekecewaan dan kemarahan Elon Musk terhadap arah yang ditempuh OpenAI di bawah kepemimpinan Sam Altman. Elon Musk menuduh OpenAI telah mengkhianati misi awal mereka saat mendirikan perusahaan ini, yaitu sebagai organisasi non-profit dan open source yang menjadi penyeimbang dominasi Google DeepMind di dunia AI.
"OpenAI sekarang malah menjadi perusahaan close source yang mengejar profit maksimal dan dikendalikan oleh Microsoft. Ini sama sekali bukan seperti yang saya dan Sam sepakati di awal," ujar Elon Musk dengan nada kecewa.
Tudingan Elon Musk ini bukan tanpa alasan. Beredar kabar bahwa OpenAI di bawah kendali Sam Altman tengah bersiap mengubah status mereka dari organisasi non-profit menjadi perusahaan for-profit. Yang lebih mengejutkan, Sam Altman kabarnya akan mendapatkan 7% kepemilikan saham di OpenAI versi for-profit ini.
Padahal, Sam Altman sebelumnya berkali-kali menegaskan bahwa ia tidak menjalankan OpenAI demi mengejar keuntungan pribadi. "Akan jauh lebih mudah kalau saya bilang ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya dari OpenAI. Tapi bukan itu tujuan saya," begitu kata Sam Altman dalam sebuah wawancara tahun lalu.
Kini pernyataan Sam Altman itu terkesan kontradiktif di mata Elon Musk. Tidak heran bila pria yang juga CEO Tesla dan SpaceX ini menganggap rekan lamanya itu sudah tidak bisa dipercaya lagi. Kekecewaan Elon Musk bahkan membuatnya mengajukan gugatan hukum terhadap OpenAI dan Sam Altman.
Dalam dokumen gugatannya, Elon Musk menuntut OpenAI membatalkan rencana perubahan status menjadi perusahaan for-profit. Ia menegaskan langkah tersebut merupakan pengkhianatan terhadap kesepakatan awal mereka saat mendirikan OpenAI sebagai organisasi non-profit.
Tak hanya itu, gugatan Elon Musk juga menyeret nama perusahaan raksasa Microsoft. Ia menuding OpenAI memanfaatkan informasi sensitif dan kepemilikan dari Microsoft untuk bersaing secara tidak sehat. Salah satunya dengan melarang investor OpenAI untuk mendanai perusahaan AI pesaing, termasuk xAI yang merupakan perusahaan AI bentukan Elon Musk sendiri.
Perseteruan kedua tokoh ini semakin memanas di media sosial. Lewat akun Twitter pribadinya, Elon Musk menyindir Sam Altman dengan sebutan "Littlefinger", merujuk pada karakter licik dan manipulatif di serial Game of Thrones. Sementara itu, Sam Altman membalas dengan membandingkan jawaban ChatGPT (produk OpenAI) vs Anthropic (salah satu pesaing OpenAI) terkait tudingan Elon Musk bahwa OpenAI adalah mesin propaganda politik sayap kiri.
Persaingan kedua kubu ini tidak hanya sebatas perang opini dan gugatan hukum. Elon Musk dianggap berada di atas angin karena koneksi politik dan lobi-lobi yang dimilikinya, terutama dengan Presiden AS Donald Trump. Tak heran bila perusahaannya dikabarkan mendapat akses khusus untuk membeli chip AI canggih dari Nvidia dalam jumlah masif, sesuatu yang belum berhasil diraih OpenAI sejauh ini.
Informasi ini membuat Sam Altman dikabarkan kecewa dan frustrasi. Seorang sumber menyebutkan Sam Altman sempat berdebat dengan petinggi Microsoft terkait ketertinggalan mereka dari Elon Musk dalam hal pengadaan chip AI. Namun di sisi lain, beberapa spekulasi menyebutkan bahwa OpenAI mungkin punya proyek rahasia dengan pemerintah AS yang belum terungkap ke publik.
Apapun yang terjadi di balik layar, perseteruan Elon Musk vs Sam Altman jelas membawa dampak besar bagi masa depan industri AI. Keduanya ibarat dua sisi mata uang dalam peta persaingan AI global saat ini. Elon Musk dengan xAI-nya mewakili karakter perintis dan disruptor yang mengandalkan inovasi individu. Sementara Sam Altman dengan OpenAI-nya mengusung pendekatan research institute dengan dukungan raksasa teknologi dan pemerintah.
Yang pasti, konfrontasi terbuka antara dua jenius teknologi ini diprediksi akan semakin memanaskan kompetisi dan inovasi di sektor AI untuk tahun-tahun mendatang. Kita tunggu saja kejutan apa lagi yang akan mereka lemparkan ke publik. Akankah keduanya bisa berdamai demi visi awal mereka memajukan riset AI demi kebaikan umat manusia? Ataukah ego dan ambisi pribadi akan lebih menentukan arah pertarungan mereka? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Sumber : https://youtu.be/NGL8mRiMrZI?si=c8An6lma_RQQEkEq